Modul I: "Sembilan Karunia-karunia Rohani"

10 kali pertemuan, tiap hari senin pk 18.00 WIB. Mulai Tanggal: 2 Juli 2007 s/d 3 September 2007

Pendirian Karismatik dinyatakan keliru, karena yang benar adalah:

Kaum Pentakosta dan Karismatik tidak dapat membuktikan klaim mereka bahwa yang sedang mereka terapkan adalah bahasa roh yang alkitabiah (DR. John MacArthur Jr., Charismatic Chaos, 1992:238).

Mereka yang memliki karunia kata-kata pengetahuan adalah para penulis, para sarjana, para pengajar, profesor dan para peneliti... Mereka dapat disewa... (DR. John MacArthur Jr., Spiritual Gifts, 1985:112-113.).

Nubuat yang keliru, berdasarkan definisinya, tidak berasal dari Allah (DR. John MacArthur Jr., 1992:224-225, n. 70).

Menurut Alkitab, mereka yang memiliki karunia-karunia mukjizat dapat menggunakan karunia-karunia itu sekehendak hati mereka. Para penyembuh masa kini tidak menyembuhkan sekehendak hati mereka. (DR. John MacArthur Jr., 1992:215).

Kata "Allah" [I Kor 14:2] tidak memiliki kata sandang (article) dalam naskah Yunani (the anarthrous construction). Dan karena konteks demikian, saya percaya kata itu lebih baik diterjemahkan "suatu allah" daripada diterjemahkan dengan merujuk kepada Allah yang benar. Dengan kata lain, [bahas roh] dalam ayat ini melibatkan komunikasi eksatik dengan allah perdukunan dan berbicara dalam rahasia-rahasia ala perdukunaan. Dan [bahasa roh demikian] bertentangan dengan tujuan prinsipil bertentangan dengan tujuan prinsipil dari karunia- karunia rohani, fakta bahwa mereka seharusnya melayani sesama anggota Tubuh Kristus. Allah tentunya tidak membutuhkan mereka berbicara kepada-Nya dengan gumaman-gumaman ekstatik! (MacArthur, Jr. "Speaking in Tounges", 1988:87).

Paul Van Gorder memberikan daftar pembatasan atas karunia bahasa roh di dalam gereja dari 1 Korintus 14:
1. Bahasa roh adalah tanda untuk orang tidak percaya (ayat 22)
2. Bahasa roh digunakan untuk membangun jemaat (ayat 26)
3. Tidak lebih dari tiga orang yang berbahasa roh dalam jemaat selama ibadah berlangsung secara bergantian (ayat 27)
4. Tidak boleh ada yang berbahasa roh kecuali ada yang menafsirkannya (ayat 28)
5. Kekacauan dan ketidakaturan dalam jemaat adalah indikasi dari adanya sesuatu yang tidak datang dari Allah (ayat 33)
6. Dalam gereja rasuli, wanita harus tetap berdiam diri dan tidak mengucapkn bahasa roh (ayat 34)
7. Hal yang harus dikenali sebagai perintah: aturan-aturan tentang bahasa roh ini merupakan perintah dari Tuhan (ayat 37)
8. Sekalipun tidak boleh melarang orang untuk berbahsa roh dalam jemaat, perintah yang lebih kuat adalah "usahakan memperoleh karunia untuk bernubuat" (ayat 39)
Sebagian besar orang karimastik melanggar tiap ketentuan rasuli itu. [Paul R. Van Gorder, "Charismatic Confusion" (Grand Rapids: Radio Bible Class, 1972), 33, sebagaimana dikutip DR. John MacArthur Jr, 1992:224-225, n. 13].

Bahasa roh tidak akan menghasilkan kerohanian sejati, justru akan membuat Anda menapaki jalan yang keliru dan menjauhi kerohanian sejati. Jalan yang benar menuju kerohanian sehati ditandai dengan "berjalan oleh Roh" (DR. John MacArthur Jr. 1992:256).

Konsep bahwa bahasa roh dalam Kisah Para Rasul adalah tanda sedangkan bahasa roh dalam jemaat Korintus adalah karunia, merupakan konsep yang bertentangan dengan pernyataan harfiah dalam 1 Korintus 14:22 dimana bahasa roh di Korintus secara spesifik disebut sebagai tanda untuk orang tidak beriman (Edgar, 1996:182).

Bahasa roh modern, yang sering diebut glossolalia, tidak sama dengan karunia bahasa roh alkitabiah (DR. John MacArthur Jr, 1992:27)

Bahasa roh tidak dimaksudkan untuk membangun jemaat. Paulus hanya mengijinkan penggunaannya di dalam ibadah jemaat dengan pembatasaan yang ketat seperti keharusan hadirnya seseorang yang akan menerjemahkannya...(Edgar, 1996:181).

Karunia kata-kata pengetahuan adalah, " kemampuan untuk mengamati fakta dan menarik kebenaran rohani dari Firman Allah" (DR. John MacArthur Jr, Speaking in Tounges, 1988:16)

7 comments:

Admin said...

"TANDA UNTUK ORANG TIDAK PERCAYA"
Paul Van Gorder memberikan daftar pembatasan atas karunia bahasa roh di dalam gereja dari 1 Korintus 14:
1. Bahasa roh adalah tanda untuk orang tidak percaya (ayat 22)

Tanggapan:

Dua hal yang harus diperhatikan di sini, yaitu: kita tidak boleh memenggal ayat Alkitab sehingga sebagian kebenaran tersembunyi; juga, semangat yang ada pada kita harus sama dengan semangat (spirit) penulisnya, walaupun kelemahan penafsir sesasionis adalah tidak memiliki keutuhan paradigma penulis karena sesasionis tidak berbahasa roh sedangkan penulis (Paulus) berbahasa roh.

1. Yang dimaksudkan ayat dalam poin ini adalah bahasa roh yang dapat dimengerti oleh pendengar, termasuk orang yang tidak beriman itu tadi, sehingga itu menjadi 'tanda' bagi dia. Jadi bahasa roh disini adalah jenis yang sama dengan yang terdapat dalam Kisah Para Rasul 2.

a. Jika ada pendengar yang tidak percaya maka reaksi mereka akan seperti peristiwa yang terdapat dalam Kis.2 itu. Dengan demikian, bahasa roh jenis ini tidak boleh dilarang untuk diterapkan di dalam gereja, karena akan menjadi 'tanda' bagi mereka yang tidak percaya sehingga mereka dapat 'memperoleh' sesuatu dari pesan yang terdapat di dalam bahasa roh yang ia dengar dan mengerti itu. Allah pun menantikan respon atau tanggapan dari orang tidak percaya itu tadi: apakah ia akan bertobat atau tidak.

b. Sekali lagi, karakteristik dari bahasa roh ini adalah sama dengan bahasa roh jenis lain: orang yang mengucapkannya tidak mengerti bahasanya! Bahasa roh jenis ini tidak boleh diuji dengan bahasa roh jenis lain yang membutuhkan atau memiliki tafsiran dan/atau bahasa roh yang tidak memiliki tafsirannya.

c. Hal yang paling penting adalah: orang yang mengucapkannya tetap tidak mengerti apa yang sedang ia ucapkan.

d. Orang lain yang mendengarkan tidak akan bisa menilai apakah mereka mengerti atau tidak apa yang sedang diucapkan seseorang 'sebelum' bahasa roh itu diucapkan. Karena itu, agar terjadi 'dampak' terhadap orang tidak percaya, bahasa roh tetap harus dimungkinkan dalam kehidupan kekristenan kontemporer. (== DCS ==)

Admin said...

'MEMBANGUN JEMAAT"
Paul Van Gorder memberikan daftar pembatasan atas karunia bahasa roh di dalam gereja dari 1 Korintus 14:

2. Bahasa roh digunakan untuk membangun jemaat (ayat 26.

TANGGAPAN:
2. Yang dimaksud bahwa bahasa roh harus dapat membangun jemaat. Untuk dapat membangun jemaat, maka jemaat harus mengerti arti dari bahasa roh itu dengan akal budi mereka. Itu berarti poin ini merujuk kepada jenis bahasa roh yang dapat dimengerti orang lain ('jemaat'); atau jenis lainnya, yaitu bahasa roh yang disertai dengan penafsirannya.

a. Dengan adanya penafsiran atas bahasa roh ini, maka jemaat dapat mengerti. Dengan pengertian yang mereka peroleh, maka jemaat dibangun.

b. Poin pentingnya sama dengan jenis bahasa roh pada poin di atas, yaitu: bahasa roh jenis ini harus diucapkan lebih dahulu, barulah dapat diharapkan munculnya penafsiran atas bahasa roh yang baru saja diucapkan itu.

c. Jika kalangan sesasionis menerima beroperasinya karunia menafsirkan bahasa roh karena dapat dimengerti akal budi, maka tidak masuk akal jika mereka melarang bahasa roh yang harus selalu mendahului penafsirannya, bukan. Tidak mungkin ada penafsiran bahasa roh jika bahasa rohnya tidak diucapkan lebih dahulu, dan itu berarti bahasa roh yang tidak dimengerti orang lain, tetapi diduga memiliki tafsirannya (sehingga mereka harus berdoa lebih dahulu untuk memperoleh penafsirannya).

d. Jadi, karunia bahasa roh yang diterapkan oleh karismatik dipandang keliru, bukan karena karismatik keliru, melainkan alat ukur yang digunakan oleh sesasionis untuk mengujinya adalah alat ukur yang tidak sah (valid). Akibatnya karena alat ukurnya keliru, hasil pengujiannya pun keliru. Sayangnya, karismatiklah yang terkena dampaknya, dan keharmonisan tubuh Kristus terpengaruh pula.

e. Dengan demikian karena bahasa roh dapat membangun jemaat melalui penafsirannya (lihat konteks ayatnya), maka bahasa roh jenis ini tidak boleh dilarang operasionalnya di zaman sekarang.

f. Intinya: tidak ada semangat yang melarang bahasa roh dalam ayat yang ditulis sang rasul itu. Jika ada bahasa roh yang tidak membangun jemaat, maka tidak boleh muncul generasisasi berupa teologia yang normatif untuk melarang jemaat berbahasa roh. Bahasa rohnya tetap terus berlangsung, tetapi manfaatnyalah yang diperbaiki. Pelarangan normatif yang berbasis keputusan teologis ini jelas-jelas bertentangan dengan semangat penulis Alkitab, yaitu semangat rasuli yang menghendaki jemaat dibangun... melalui manfaat dari bahasa roh. (== DCS ==)

Admin said...

SESASIONIS:
Paul Van Gorder memberikan daftar pembatasan atas karunia bahasa roh di dalam gereja dari 1 Korintus 14:

3. Tidak lebih dari tiga orang yang berbahasa roh dalam jemaat selama ibadah berlangsung secara bergantian (ayat 27)

TANGGAPAN:

3. Poin ini tetap mengarah kepada konteks ayatnya yaitu tentang bahasa roh yang dapat membangun orang lain ('jemaat'), yaitu yang dapat dimengerti (jenis bahasa roh dalam Kis. 2 atau jenis bahasa roh yang memiliki tafsiran). Dan karena Paulus sedang berbicara tentang karunia menafsirkan bahasa roh, maka jenis inilah yang dirujuk oleh ungkapan jumlah orang yang boleh mengucapkannya.

a. Ada jeda/selang waktu antara bahasa roh dengan penyataan tafsirannya. Bahasa roh itu diucapkan dulu, barulah mereka berdoa untuk penyataan tafsirannya. Jarang terjadi (atau bahkan tidak mungkin?) bahwa tafsirannya diucapkan bersamaan dengan bahasa rohnya.

b. Ketika jemaat mengetahui bahwa ada salah seorang di antara mereka sedang mengucapkan jenis bahasa roh yang memiliki tafsiran, maka mereka harus berdiam diri, kecuali orang yang sedang mengucapkan jenis bahasa roh yang memiliki tafsirannya. Orang ini akan terus mengucapkan bahasa rohnya, sementara orang lain lagi (atau jemaat), berdoa agar kepada mereka diberikan tafsirannya. Nah, jika jenis bahasa roh inilah yang sedang beroperasi, maka memang orang-orang yang sedang mengucapkan jenis bahasa roh yang memiliki tafsiran ini harus menguasai diri dan bergiliran mengucapkan bahasa roh agar ada waktu untuk mengucapkan tafsirannya. Jika ada dua orang yang mengucapkan bahasa roh jenis ini, maka dapat diharapkan ada dua pula tafsirannya. Tetapi agar jemaat mengetahui bahasa roh mana yang sedang ditafsirkan, maka yang seorang lagi harus menunggu giliran untuk mengucapkan bahasa rohnya sendiri. Demikian juga jika ada tiga orang yang memperoleh jenis bahasa roh ini saat ibadah sedang berlangsung.

c. Sama sekali tidak ada larangan dari pihak penulis Alkitab untuk mengoperasikan jenis lain dari bahasa roh, yaitu yang tidak memiliki tafsiran. Yang ditekankan oleh penulis adalah agar bahasa roh yang dapat membangun jemaat (yaitu yang memiliki tafsiran)-lah yang harus diutamakan. Jenis bahasa roh lainnya tidak dilarang.
(== DCS ==)

Admin said...

SESAIONIS:
Paul Van Gorder memberikan daftar pembatasan atas karunia bahasa roh di dalam gereja dari 1 Korintus 14:

4. Tidak boleh ada yang berbahasa roh kecuali ada yang menafsirkannya (ayat 28)

TANGGAPAN:
4. Poin ini menyatakan kekeliruan fatal tafsiran sesasionis di atas. Ada perbedaan antara maksud Paulus saat mengatakan 'berdiam diri', dengan maksud sesasionis ini.

a. Paulus menyatakan 'berdiam diri' setelah tiga orang tadi selesai berbahasa roh dan ternyata mereka dan jemaat menemukan bahwa Roh Kudus tidak memberikan tafsirannya. Dalam pertemuan jemaat (ibadah) berikutnya, Paulus tidak melarang beroperasinya ata penerapan bahasa roh. Ini berbeda dengan tafsiran sesasionis yang menafsirkan ungkapan 'berdiam diri' sebagai 'melarang' bahasa roh sebelum tiga orang tadi mengucapkan bahasa roh mereka, bahkan dalam pertemuan ibadah jemaat berikutnya dan selamanya, secara mutlak dan normatif.

b. Pernyataan saya di atas juga mengindikasikan bahwa kadangkala Paulus, atau setidaknya jemaat, tidak dapat memastikan apakah bahasa roh tertentu memiliki tafsirannya atau tidak. Oleh karena tidak memiliki kepastian itulah mereka diminta untuk berdoa agar diberikan penafsirannya. Dan mereka, juga Paulus, menghargai kedaulatan ROh Kudus, yaitu apakah DIA akan mengoperasikan karunia menafsirkan bahasa roh atau tidak dan memberikannya kepada salah seorang dari mereka. Dengan demikian, tafsiran bahasa roh tidak berada dalam kendali atau kekuasaan manusia, melainkan Roh Kudus.

c. Hal fatal lainnya adalah, sementara sesasionis menafsirkan ungkapan 'berdiam diri' sebagai 'tidak mengucapkan sepatah kata pun', maka Paulus mengatakan masih boleh berkata-kata, yaitu kepada diri sendiri dan kepada Allah. Jadi, sesasionislah yang bertentangan dengan Paulus atau dengan firman Allah, dan bukan karismatik. Jika tafsiran sesasionis yang keliru ini digunakan sebagai alat ukur untuk menguji bahasa roh karismatik masa kini, maka hasilnya adalah karismatik keliru, karena alat ukur yang digunakan adalah alat ukur yang keliru.

d. Lalu apa maksud dari "berkata-kata kepada diri sendiri"? Saya setuju dengan tafsiran salah seorang sesasionis yang mengatakan bahwa ungkapan itu berarti 'berbicara dengan suara pelan, tidak dengan suara keras".

e. Apa pula maksud dari "berkata-kata kepada Allah"? Lihat keseluruhan perikopnya, dan perhatikan beberapa ayat yang secara eksplisit menyatakan bahwa berbahasa roh berarti -- menurut Paulus -- berkata-kata kepada Allah. Ini adalah jenis bahasa roh yang tidak memiliki tafsiran. Mengapa? karena diucapkan bukan kepada manusia atau untuk manusia, melainkan kepada Allah yang mengerti segala bahasa dan maksud dari ROh Kudus yang saat itu memberikan bahasa roh. Sekali lagi, jenis bahasa roh ini tidak boleh digunakan untuk mengukur jenis bahasa roh lainnya.

f. Jika poin d di atas digabungkan dengan poin e, maka yang dimaksud oleh Paulus saat mengatakan "hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah" adalah: tetap berbicara (mengucapkan) bahasa roh (jenis ini) tetapi dengan suara pelan, jangan dengan suara keras.

g. Coba perhatikan kalimat tafsiran sesasionis di atas dalam poin 4 ini setelah kita mengetahui bahwa tidak mungkin ada tafsiran bahasa roh jika bahasa rohnya itu sendiri tidak boleh atau belum diucapkan, "Tidak boleh ada yang berbahasa roh kecuali ada yang menafsirkannya". Kalimat itu kontradiksi di dalam dirinya sendiri, bukan? Selain itu dalam anggapan sesasionis ini, setiap orang percaya pasti mengetahui bahwa satu bahasa roh yang akan mereka ucapkan itu memiliki tafsirananya atau tidak, padahal Paulus pun tidak mengetahuinya jika tidak diberitahu oleh Roh Kudus.

h. Dengan demikian saya telah menyajikan dua tafsiran, yaitu antara tafsiran sesasionis dengan tafsiran saya seorang karismatik, dengan menggunakan alat ukur sesasionis, yaitu "ayat yang eksplisit/tersurat"... (== DCS ==).

Admin said...

SESASIONIS:
Paul Van Gorder memberikan daftar pembatasan atas karunia bahasa roh di dalam gereja dari 1 Korintus 14:

5. Kekacauan dan ketidakaturan dalam jemaat adalah indikasi dari adanya sesuatu yang tidak datang dari Allah (ayat 33)

TANGGAPAN:
5. Indikasi demikian memang benar. Tetapi tidak selalu benar, tergantung dari 'sumber' kekacauan dan dan 'kapan' itu terjadi.

a. Misalnya, kadang-kadang pelayanan TUhan Yesus menimbulkan kekacauan. Demikian juga dengan pelayanan Roh Kudus (Kisah Rasul 2). Keduanya adalah Allah Tritunggal. Tapi memang hal demikian jarang terjadi saat ibadah, sekalipun tidak mustahil Allah dapat mengerjakannya, jika DIA mau. Tetapi hal yang bersifat insidentil ini tentu tidak boleh dijadikan patokan. Saya mengungkapkan hal ini karena kita punya Allah yang sama dengan yang ada di dalam Alkitab dan DIA berdaulat untuk mengulanginya lagi, bahkan menentukan frekuensi kejadiannya (jumlah peristiwanya).

b. Kita harus membedakan antara bahasa roh yang benar yang datang dari Allah, dengan manusia yang menerapkan karunia itu. Jika manusia keliru, sehingga terjadi kekacauan, tidak berarti bahasa roh yang dikaruniakan Allah itu keliru (bukan dari Allah). Bahasa roh yang asli, yang datang dari Allah, tetap asli hingga tiba di pihak manusia, tetapi saat manusia menerapkannya, terjadi kekeliruan. Nah, di sini terkait empat hal/pihak: Allah, karunia, manusia dan cara. Jika cara yang diterapkan oleh manusia keliru, tidak berarti karunianya keliru atau Allahnya keliru sehingga disangka bahasa roh itu datang dari iblis. Dan justru Paulus menegaskan bahwa jika sesuatu datang dari Allah maka manusia harus melatih diri dalam 'cara' menerapkannya.

c. Semangat Paulus adalah agar jemaat tetap berbahasa roh karena berpotensi dapat membangun jemaat, tetapi hanya 'caranya' yang perlu dikoreksi, Tidak ada semangat untuk 'menghentikan' selamanya bahasa roh itu! (== DCS ==)

Admin said...

SESASIONIS:
Paul Van Gorder memberikan daftar pembatasan atas karunia bahasa roh di dalam gereja dari 1 Korintus 14:

6. Dalam gereja rasuli, wanita harus tetap berdiam diri dan tidak mengucapkn bahasa roh (ayat 34)

TANGGAPAN:
6. "Dalam gereja rasuli...", kata sang sesasionis ini, "... wanita harus berdiam diri... dilarang berbahasa roh..." Nah, disini Paulus sebenarnya tidak merujuk lagi kepada bahasa roh. Anda dapat memperimbangkan tafsiran siapa di antara kami berdua yang benar.

a. Menurut hemat saya, yang dimaksudkan Paulus dalam ayat 34 ini tentang 'berdiam diri' bukan lagi bicara tentang bahasa roh, melainkan larangan berbicara dengan bahasa akal budi. Mengapa saya menafsirkan demikian? Dalam konteks ayat sebelumnya Paulus bicara tentang 'nubuat', yang notabene merupakan bahasa akal budi yang dapat dimengerti oleh orang yang mengucapkan dan mendengarkannya, sedangkan bahasa roh tidak dimengerti oleh orang yang mengucapkannya.

b. Sedangkan dalam ayat berikutnya (ayat 35), Paulus juga berbicara tentang kata "berdiam diri" dan jangan berbicara" tetapi merujuk kepada bahasa akal budi. Dalam ayat itu Paulus berkata, "Jika mereka ingin mengetahui sesuatu, baiklah mereka menanyakannya kepada suaminya di rumah". Jadi jelas, bukan? Paulus sama sekali tidak merujuk tentang bahasa roh.

c. Akibatnya "Dalam gereja rasuli, perempuan tidak dilarang Paulus untuk berbahasa roh" karena tidak ada ayat eksplisit tentang hal itu. Paulus tidak melarang wanita untuk berbahasa roh saat ia menganjurkan agar wanita 'berdiam diri' dalam pertemuan jemaat. (== DCS ==)

Admin said...

SESASIONIS:
Paul Van Gorder memberikan daftar pembatasan atas karunia bahasa roh di dalam gereja dari 1 Korintus 14:

7. Hal yang harus dikenali sebagai perintah: aturan-aturan tentang bahasa roh ini merupakan perintah dari Tuhan (ayat 37)
8. Sekalipun tidak boleh melarang orang untuk berbahsa roh dalam jemaat, perintah yang lebih kuat adalah "usahakan memperoleh karunia untuk bernubuat" (ayat 39)

Sebagian besar orang karimastik melanggar tiap ketentuan rasuli itu.

TANGGAPAN:
7. Teolog sesasionis akhirnya mengatakan, "Hal yang harus dikenali sebagai perintah: aturan-aturan tentang bahasa roh ini merupakan perintah dari Tuhan" (ayat 37). Saya setuju.... Perhatikanlah bahwa surat Paulus ini bukan hanya sebagai pengajaran, melainkan juga sebagai perintah. Artinya, pengajar kontemporer tidak boleh mengajarkan hal yang berbeda dari yang diajarkan Paulus. Bahkan para pengajar kontemporer harus mengajarkannya dalam bentuk PERINTAH! Pengajaran kontemporer yang tidak sesuai dengan pengajaran Paulus harus ditolak.

8. Tafsiran terakhir teolog ini menyatakan, "Sekalipun tidak boleh melarang orang untuk berbahsa roh dalam jemaat, perintah yang lebih kuat adalah "usahakan memperoleh karunia untuk bernubuat".
a. Pada dasarnya teolog ini setuju bahwa orang tidak boleh dilarang berbahasa roh. Tetapi kita melihat semangatnya dalam tafsirannya di atas, yaitu justru melarang orang bebahasa roh. Sekali lagi, kita bukan hanya harus memperhatikan proses dan hasil penafsiran, melainkan juga semangat (baca: spirit)-nya. Cobalah perhatikan, apakah seorang jemaat yang berbahasa roh dari sebuah gereja sesasionis tidak diperlakukan berbeda oleh gembala atau majelisnya, atau mendapat pelarangan untuk menghadiri ibadah, seminar atau persekutuan doa yang menerapkan bahasa roh? Mudah-mudahan hal demikian tidak terjadi lagi.
b. Jika sudah ada penggandengan dua karunia dalam satu kalimat, maka yang harus benar-benar diperhatikan adalah cara berpikir kita. Paulus benar-benar tidak memiliki atau mengajarkan ‘semangat’ melarang orang berbahasa roh. Tetapi kenyataannya di zaman sekarang, pengejaran akan karunia nubuat justru mengecilkan, mereduksi bahkan melecehkan karunia bahasa roh. Penafsiran yang memiliki semangat demikian, jelas berbeda dengan semangat Paulus, dan karena itu harus ditolak.
c. Mengapa Paulus tidak pernah mengecilkan karunia bahasa roh pada saat ia menggandengkannya dengan karunia nubuat? Karena dua jenis tertentu dari karunia bahasa roh memiliki fungsi yang sama dengan fungsi tertentu dari karunia nubuat. Pada dasarnya, esensi dari karunia nubuat adalah karena karunia ini dimengerti oleh pendengarnya, selain oleh pembicaranya. Tetapi dua jenis karunia bahasa roh juga dapat dimengerti oleh pendengarnya, yaitu karunia bahasa roh yang tidak memerlukan tafsiran karena langsung dapat dimengerti pendengarnya sekalipun orang yang mengucapkannya tetap tidak mengertinya (seperti dalam kasus Kis. 2), dan bahasa roh yang memiliki tafsirannya (tafsiran bahasa roh inilah yang dimengerti pendengar).
Sebagai penutup dari keputusan teologisnya, sang teolog mengatakan “Sebagian besar orang karimastik melanggar tiap ketentuan rasuli itu”. Nah, karismatik dianggap melanggar karena tafsiran karismatik diuji dengan tafsiran atau teologia dan alat ukur, bahkan dengan semangat yang keliru. Tidak heran jika hasil pengujiannya pun keliru bukan. Tapi siapa sebenarnya yang keliru di hadapan Firman dan Allah?..... (== DCS ==)